Syaikh Albani awalnya adalah tukang service jam, namun ia punya semangat mempelajari hadis di Perpustakaan Adh-Dhahiriyah di Damaskus. Konon setiap harinya mencapai 12 jam di Perpustakaan. Tidak pernah istirahat menelaah kitab-kitab hadits, kecuali jika waktu shalat tiba. Untuk makannya, seringkali hanya sedikit makanan yang dibawanya ke perpustakaan. Akhirnya kepala kantor perpustakaan memberikan sebuah ruangan khusus di perpustakaan untuknya. Bahkan kemudian ia diberi wewenang untuk membawa kunci perpustakaan. Dengan demikian, Al-Albani makin leluasa mempelajari banyak sumber.
Sekilas biografi di atas sesuai dengan kisah berikut ini. Diceritakan bahwa ada seseorang dari Mahami yang bertanya kepada Syaikh Albani: “Apakah anda ahli hadis (Muhaddis)?” Syaikh Albani menjawab: “Ya!” Ia bertanya: “Tolong riwayatkan 10 hadis kepada saya beserta sanadnya!” Syaikh Albani menjawab: “Saya bukan ahli hadis penghafal, saya ahli hadis kitab.” Orang tadi berkata: “Saya juga bisa kalau menyampaikan hadis ada kitabnya.” Lalu Syaikh Albani terdiam (Baca Syaikh Abdullah al-Harari dalam Tabyin Dlalalat Albani 6)
Ini menunjukkan bahwa Syaikh Albani adalah Shahafi atau otodidak ketika mendalami hadis dan ia sendiri mengaku bukan penghafal hadis. Dalam ilmu Musthala’ah Hadis jika ada perawi yang kualitas hafalannya buruk (sayyi’ al-hifdzi) maka status hadisnya adalah dlaif, bukan perawi sahih. Demikian juga hasil takhrij yang dilakukan oleh Syaikh Albani yang tidak didasari dengan ‘Dlabit’ (akurasi hafalan seperti yang dimiliki oleh para al-Hafidz dalam ilmu hadis) juga sudah pasti lemah dan banyak kesalahan. Bahwa Albani tidak mempelajari hadis dari para ahlinya ini dibuktikan dalam kitab-kitab biografi tentang Albani yang ditulis oleh para pengikutnya seperti ‘Hayatu al- Albani’ karya asy-Syaibani, ‘Tsabat Muallafat al-Albani’ karya Abdullah bin Muhammad asy-Syamrani dan sebagainya.
Pada umumnya tatkala kita membuka kitab- kitab biografi para ulama, di depan mukaddimah terdapat sejarah tentang perjalanan menuntut ilmu dan para gurunya. Namun hal ini tidak terjadi dalam buku-buku biografi Albani, justru yang disebutkan oleh pengikutnya adalah untaian kalimat miris berikut ini:
ﻋُﺮِﻑَ ﺍﻟﺸَّﻴْﺦُ ﺍْﻷَﻟْﺒَﺎﻧِﻲ ﺭَﺣِﻤَﻪُ ﺍﻟﻠﻪُ ﺑِﻘِﻠَّﺔِ ﺷُﻴُﻮْﺧِﻪِ
ﻭَﺑِﻘِﻠَّﺔِ ﺇِﺟَﺎﺯَﺍﺗِﻪِ
ﻓَﻜَﻴْﻒَ ﺍﺳْﺘَﻄَﺎﻉَ ﺃَﻥْ ﻳُﻠِّﻢَّ ﺑِﺎﻟْﻌُﻠُﻮْﻡِ ﻭَﻻَ ﺳِﻴَّﻤَﺎ
ﻋِﻠْﻢِ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳْﺚِ ﻭَﻋِﻠْﻢِ ﺍﻟْﺠَﺮْﺡِ ﻭَﺍﻟﺘَّﻌْﺪِﻳْﻞِ ﻋَﻠَﻰ ﺻُﻌُﻮْﺑَﺘِﻪِ ؟
(ﺛﺒﺖ ﻣﺆﻟﻔﺎﺕ ﺍﻷﻟﺒﺎﻧﻲ ﻟﻌﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺍﻟﺸﻤﺮﺍﻧﻲ
7
“Syaikh Albani
dikenal dengan sedikitnya guru dan minimnya ijazah dalam hadis. Maka bagaimana
ia mampu memperdalam ilmu-ilmu, apalagi ilmu hadis dan ilmu tentang metode
memberi penilaian cacat dan adil yang sangat sulit?” (Tsabat Muallafat
al-Albani’ karya Abdullah bin Muhammad asy-Syamrani, 7) Ini adalah sebuah
pengakuan dan pertanyaan yang tak pernah dijawab oleh muridnya sendiri?!
Kesalahan Albani Dikoreksi Para Pengikutnya.
Penilaian
yang bersifat obyektif adalah koreksi yang secara sadar disampaikan sendiri
oleh para pengikut Albani. Abdullah ad-Dawisy yang merupakan pengikut Wahhabi
memberi otokritik kepada Albani yang dinilainya sering ‘tanaqudh’ (kontradiksi)
dan memberi ‘warning’ (peringatan) kepada para penelaah kitab Albani agar tidak
‘tertipu’ dengan penilaian Albani tentang kedhaifan hadis. Berikut pembuka
komentarnya:
ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ : ﻓَﻬَﺬِﻩِ ﺃَﺣَﺎﺩِﻳْﺚُ ﻭَﺁﺛَﺎﺭٌ ﻭَﻗَﻔْﺖُ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﻓِﻲ ﻣُﺆَﻟَّﻔَﺎﺕِ ﺍﻟﺸَّﻴْﺦِ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻧَﺎﺻِﺮِ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦِ ﺍْﻷَﻟْﺒَﺎﻧِﻲ ﺗَﺤْﺘَﺎﺝُ ﺇِﻟَﻰ ﺗَﻨْﺒِﻴْﻪٍ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻣَﺎ ﺿَﻌَّﻔَﻪُ ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﺘَﻌَﻘَّﺒْﻪُ ﻭَﻣِﻨْﻬَﺎ ﻣَﺎ ﺿَﻌَّﻔَﻪُ ﻓِﻲ ﻣَﻮْﺿِﻊٍ ﻭَﻗَﻮَّﺍﻩُ ﻓِﻲ ﻣَﻮْﺿِﻊٍ ﺁﺧَﺮَ ﻭَﻣِﻨْﻬَﺎ ﻣَﺎ ﻗَﺎﻝَ ﻓِﻴْﻪِ ﻟَﻢْ ﺃَﺟِﺪْﻩُ ﺃَﻭْ ﻟَﻢْ ﺃَﻗِﻒْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺃَﻭْ ﻧَﺤْﻮَﻫُﻤَﺎ ، ﻭَﻟَﻤَّﺎ ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﻛَﺜِﻴْﺮًﺍ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻳَﺄْﺧُﺬُﻭْﻥَ ﺑِﻘَﻮْﻟِﻪِ ﺑِﺪُﻭْﻥِ ﺑَﺤْﺚٍ ﻧَﺒَّﻬْﺖُ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻳَﺴَّﺮَﻧِﻲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ . ﻓَﻤَﺎ ﺿَﻌَّﻔَﻪُ ﻭَﻫُﻮَ ﺻَﺤِﻴْﺢٌ ﺃَﻭْ ﺣَﺴَﻦٌ ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﺘَﻌَﻘَّﺒْﻪُ ﺑَﻴَّﻨْﺘُﻪُ ﻭَﻣَﺎ ﺿَﻌَّﻔَﻪُ ﻓِﻲ ﻣَﻮْﺿِﻊٍ ﺛُﻢَّ ﺗَﻌَﻘَّﺒَﻪُ ﺫَﻛَﺮْﺕُ ﺗَﻀْﻌِﻴْﻔَﻪُ ﺛُﻢَّ ﺫَﻛَﺮْﺕُ ﺗَﻌْﻘِﻴْﺒَﻪُ ﻟِﺌَﻼَّ ﻳَﻘْﺮَﺃَﻩُ ﻣَﻦْ ﻻَ ﺍﻃِّﻼَﻉَ ﻟَﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﻮْﺿِﻊِ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺿَﻌَّﻔَﻪُ ﻓِﻴْﻪِ ﻓَﻴَﻈُﻨُّﻪُ ﺿَﻌِﻴْﻔًﺎ ﻣُﻄْﻠَﻘًﺎ ﻭَﻟَﻴْﺲَ ﺍْﻷَﻣْﺮُ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻇَﻨَّﻪُ (ﺗﻨﺒﻴﻪ ﺍﻟﻘﺎﺭﺉ ﻋﻠﻰ ﺗﻘﻮﻳﺔ ﻣﺎ ﺿﻌﻔﻪ ﺍﻷﻟﺒﺎﻧﻲ ﻋﺒﺪﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺍﻟﺪﻭﻳﺶ 5 )
ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ : ﻓَﻬَﺬِﻩِ ﺃَﺣَﺎﺩِﻳْﺚُ ﻭَﺁﺛَﺎﺭٌ ﻭَﻗَﻔْﺖُ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﻓِﻲ ﻣُﺆَﻟَّﻔَﺎﺕِ ﺍﻟﺸَّﻴْﺦِ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻧَﺎﺻِﺮِ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦِ ﺍْﻷَﻟْﺒَﺎﻧِﻲ ﺗَﺤْﺘَﺎﺝُ ﺇِﻟَﻰ ﺗَﻨْﺒِﻴْﻪٍ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻣَﺎ ﺿَﻌَّﻔَﻪُ ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﺘَﻌَﻘَّﺒْﻪُ ﻭَﻣِﻨْﻬَﺎ ﻣَﺎ ﺿَﻌَّﻔَﻪُ ﻓِﻲ ﻣَﻮْﺿِﻊٍ ﻭَﻗَﻮَّﺍﻩُ ﻓِﻲ ﻣَﻮْﺿِﻊٍ ﺁﺧَﺮَ ﻭَﻣِﻨْﻬَﺎ ﻣَﺎ ﻗَﺎﻝَ ﻓِﻴْﻪِ ﻟَﻢْ ﺃَﺟِﺪْﻩُ ﺃَﻭْ ﻟَﻢْ ﺃَﻗِﻒْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺃَﻭْ ﻧَﺤْﻮَﻫُﻤَﺎ ، ﻭَﻟَﻤَّﺎ ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﻛَﺜِﻴْﺮًﺍ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻳَﺄْﺧُﺬُﻭْﻥَ ﺑِﻘَﻮْﻟِﻪِ ﺑِﺪُﻭْﻥِ ﺑَﺤْﺚٍ ﻧَﺒَّﻬْﺖُ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻳَﺴَّﺮَﻧِﻲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ . ﻓَﻤَﺎ ﺿَﻌَّﻔَﻪُ ﻭَﻫُﻮَ ﺻَﺤِﻴْﺢٌ ﺃَﻭْ ﺣَﺴَﻦٌ ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﺘَﻌَﻘَّﺒْﻪُ ﺑَﻴَّﻨْﺘُﻪُ ﻭَﻣَﺎ ﺿَﻌَّﻔَﻪُ ﻓِﻲ ﻣَﻮْﺿِﻊٍ ﺛُﻢَّ ﺗَﻌَﻘَّﺒَﻪُ ﺫَﻛَﺮْﺕُ ﺗَﻀْﻌِﻴْﻔَﻪُ ﺛُﻢَّ ﺫَﻛَﺮْﺕُ ﺗَﻌْﻘِﻴْﺒَﻪُ ﻟِﺌَﻼَّ ﻳَﻘْﺮَﺃَﻩُ ﻣَﻦْ ﻻَ ﺍﻃِّﻼَﻉَ ﻟَﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﻮْﺿِﻊِ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺿَﻌَّﻔَﻪُ ﻓِﻴْﻪِ ﻓَﻴَﻈُﻨُّﻪُ ﺿَﻌِﻴْﻔًﺎ ﻣُﻄْﻠَﻘًﺎ ﻭَﻟَﻴْﺲَ ﺍْﻷَﻣْﺮُ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﻇَﻨَّﻪُ (ﺗﻨﺒﻴﻪ ﺍﻟﻘﺎﺭﺉ ﻋﻠﻰ ﺗﻘﻮﻳﺔ ﻣﺎ ﺿﻌﻔﻪ ﺍﻷﻟﺒﺎﻧﻲ ﻋﺒﺪﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺍﻟﺪﻭﻳﺶ 5 )
“Kitab ini
terdiri dari hadist dan atsar yang saya temukan dalam kitab-kitab Syaikh Albani
yang memerlukan peringatan, diantaranya hadis yang ia nilai dhaif tapi tidak ia
ralat, diantaranya juga hadis yang ia nilai dhaif di satu kitab tetapi ia
sahihkan di kitab yang lain, juga yang ia katakan ’saya tidak menemukannya’
(padahal dapat ditemukan dalam kitab-kitab hadis), dan sebagainya. Ketika saya
melihat banyak orang yang mengambil keterangan dari Albani tanpa meneliti maka
saya ingatkan, sesuai yang dimudahkan oleh Allah kepada saya. Maka, apa yang
didhaifkan oleh Albani padahal hadis itu sahih atau hasan, maka saya jelaskan.
Juga hadis yang didhaifkan Albani di satu kitab tapi ia ralat, maka saya
sebutkan penilaian dhaifnya dan ralatannya tersebut. Supaya tidak dibaca oleh
orang yang tidak mengerti di bagian kitab yang dinilai dhaif oleh Albani
sehingga ia menyangka bahwa hadis itu dhaif secara mutlak, padahal hakikatnya
tidak seperti itu” (Tanbih al-Qari’, 5)
Kritik Ad-Dawisy
ini dipuji oleh penulis biografi Albani, asy-Syamrani, yang dinilainya
memuliakan dan memiliki sopan santun kepada Syaikh Albani (Baca kitab Asy-
Syamrani, Tsabat Muallafat Albani, 98) Contoh kongkrit adalah hadis riwayat
Ahmad dan Abu Dawud di bawah ini yang dinilai dhaif oleh Albani dalam kitab
Takhrij Ahadits al-Misykat 1/660:
ﻋﻦ ﻣﻌﺎﺫ
ﺍﻟﺠﻬﻨﻲ ﻗﺎﻝ ﻗﺎﻝ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣَﻦْ ﻗَﺮَﺃَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥَ ﻭَﻋَﻤِﻞَ
ﺑِﻤَﺎ ﻓِﻴﻪِ ﺃُﻟْﺒِﺲَ ﻭَﺍﻟِﺪَﺍﻩُ ﺗَﺎﺟًﺎ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﺿَﻮْﺀُﻩُ ﺃَﺣْﺴَﻦُ
ﻣِﻦْ ﺿَﻮْﺀِ ﺍﻟﺸَّﻤْﺲِ ﻓِﻲ ﺑُﻴُﻮﺕِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ، ﻟَﻮْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻓِﻴﻜُﻢْ ﻓَﻤَﺎ ﻇَﻨُّﻜُﻢْ
ﺑِﺎﻟَّﺬِﻱ ﻋَﻤِﻞَ ﺑِﻬَﺬَﺍ » . ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺣﻤﺪ ﻭﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ . ﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﺗﺨﺮﻳﺞ ﺃﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﻤﺸﻜﺎﺓ
: ﺇﺳﻨﺎﺩﻩ ﺿﻌﻴﻒ ( ﺟـ 1 ﺹ 660) . ﺍﻧﺘﻬﻰ . ﺃﻗﻮﻝ : ﻟﻴﺲ ﺍﻷﻣﺮ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ : ﺑﻞ ﺣﺴﻦ ﺃﻭ ﺻﺤﻴﺢ . ﻭﻟﻌﻠﻪ ﻟﻢ ﻳﻄﻠﻊ
ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻳﺸﻬﺪ ﻟﻪ ﻭﻗﺪ ﻭﺭﺩ ﻣﺎ ﻳﺸﻬﺪ ﻟﻪ ﻭﻳﻘﻮﻳﻪ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺑﺮﻳﺪﺓ … ﻭﻫﺬﺍ ﺍﻹﺳﻨﺎﺩ ﻋﻠﻰ ﺷﺮﻁ
ﻣﺴﻠﻢ ﻓﻘﺪ ﺧﺮﺝ ﻟﺒﺸﻴﺮ ﺑﻦ ﻣﻬﺎﺟﺮ ﻓﻲ ﺻﺤﻴﺤﻪ ، ﻭﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺤﺎﻛﻢ ﻭﺻﺤﺤﻪ . ﻭﻭﺍﻓﻘﻪ ﺍﻟﺬﻫﺒﻲ ،
ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻬﻴﺜﻤﻲ ﻓﻲ ﻣﺠﻤﻊ ﺍﻟﺰﻭﺍﺋﺪ (ﺟـ 7 ﺹ 159 ) : ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺣﻤﺪ ﻭﺭﺟﺎﻟﻪ ﺭﺟﺎﻝ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ﻭﺫﻛﺮ
ﻟﻪ ﺷﻮﺍﻫﺪ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﺑﻲ ﺃﻣﺎﻣﺔ ﻭﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻭﻣﻌﺎﺫ ﺑﻦ ﺟﺒﻞ . ﻭﺑﺎﻟﺠﻤﻠﺔ ﻓﺎﻟﺤﺪﻳﺚ ﺃﻗﻞ ﺃﺣﻮﺍﻟﻪ
ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺣﺴﻨًﺎ ﻭﺍﻟﻘﻮﻝ ﺑﺼﺤﺘﻪ ﻟﻴﺲ ﺑﺒﻌﻴﺪ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ (ﺗﻨﺒﻴﻪ ﺍﻟﻘﺎﺭﺉ
ﻋﻠﻰ ﺗﻘﻮﻳﺔ ﻣﺎ ﺿﻌﻔﻪ ﺍﻷﻟﺒﺎﻧﻲ 7 )
Ad-Dawisy
berkata: “Yang benar tidak seperti yang dikatakan Albani. Bahkan hadis ini
adalah hasan atau sahih! Bisa jadi Albani tidak mengetahui hadis penguat lain
(syahid) dari riwayat Buraidah yang sanadnya sesuai kriteria sahih Muslim yang
disahihkan oleh al-Hakim dan adz-Dzahabi menyetujuinya. Alhaitsami berkata
dalam Majma’ az-Zawaid (7/159): HR Ahmad, perawinya adalah perawi hadis sahih.
Secara umum, hadis ini minimal adalah hasan, dan pendapat yang menyatakan sahih
dapat diterima” (Tanbih al-Qari’, 7) Jika ad-Dawisy mampu mematahkan keilmuan
Albani di bidang hadis, lalu mengapa Wahhabi masih taklid buta kepada Albani?
Abdullah bin Muhammad ad-Dawisy menilai kontradiksi Albani yang dinilainya
dlaif di satu kitab tetapi ia sahihkan di kitab lain berjumlah 294 hadis.
Sementara yang sebaliknya (dari sahih ke dhaif) berjumlah 13 hadis (Baca
keseluruhan kitab Tanbih al-Qari’). Sebuah kesalahan fatal bagi ahli hadis yang
tak pernah terjadi sebelumnya dan Albani adalah pemecah rekornya! Dalam
Shofware kitab Maktabah asy-Syamilah yang sudah popular, terdapat sebuah kitab
yang memuat ralatan atas kesalahan penilaian Albani dalam masalah hadis,
anehnya kitab ini tidak disebutkan pengarangnya tetapi masuk ke dalam folder
kitab-kitab Albani. Kitab tersebut bernama ‘Taraju’at Syaikh Albani’.
Dalam kitab
tersebut memuat beberapa kesalahan Albani dengan rincian sebagai berikut: Dhaif
ke sahih atau hasan sebanyak 114 hadis, sahih atau hasan ke dlaif sebanyak 71
hadis, Hasan ke sahih atau sebaliknya sebanyak 9 hadis, dlaif ke maudlu’
sebanyak 6 hadis. Dengan demikian kesemuanya berjumlah 200 hadis Kesalahan
Dalam Karya-Karya Syaikh Albani Kesalahan Albani tidak hanya diakui oleh murid-
muridnya sendiri. Kenyataan di atas juga diakui oleh Syaikh Yusuf Qardhawi di
dalam tanggapan beliau terhadap al-Albani yang mengomentari hadis-hadis di
dalam kitabnya berjudul ‘al-Halal wal-Haram fil-Islam’, sebagai berikut: “Oleh
sebab itu, penetapan Syaikh al- Albani tentang dha’if-nya suatu hadits bukan merupakan
hujjah yang qath’i (pasti) dan sebagai kata pemutus. Bahkan dapat saya katakan
bahwa Syaikh al-Albani hafizhahullah kadang-kadang melemahkan suatu hadits
dalam satu kitab dan mengesahkannya (menshahihkannya) dalam kitab lain”. (Lihat
Halal dan Haram, DR. Yusuf Qardhawi, Robbani Press, Jakarta, 2000, hal. 417).
Syaikh Yusuf Qardhawi juga banyak
menghadirkan bukti-bukti kecerobohan Albani dalam menilai hadis yang sekaligus
menunjukkan sikapnya yang “ tanaqudh”. Berikut beberapa bukti kongkrit kontradiksi
Albani dalam menilai hadis yang telah diteliti oleh Syaikh Hasan bin Ali
Assegaf (Cucu Sayyid Abdurrahman Assegaf pengarang kitab Syarah Fathul Muin,
Tarsyih al- Mustafidin) dalam kitab beliau yang bernama ‘Tanaqudhat al-Albani
al-Wadhihat’:
Hadis Pertama ﺣﺪﻳﺚ ﻋﻦ ﻣﺤﻤﻮﺩ ﺑﻦ ﻟﺒﻴﺪ ﻗﺎﻝ : ﺃﺧﺒﺮ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺁﻟﻪ ﻋﻦ ﺭﺟﻞ ﻃﻠﻖ ﺍﻣﺮﺃﺗﻪ ﺛﻼﺙ ﺗﻄﻠﻴﻘﺎﺕ ﺟﻤﻴﻌﺎ ، ﻓﻘﺎﻡ ﻏﻀﺒﺎﻥ ، ﺛﻢ ﻗﺎﻝ : ( ﺃﻳﻠﻌﺐ ﺑﻜﺘﺎﺏ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰﻭﺟﻞ ﻭﺃﻧﺎ ﺑﻴﻦ ﺃﻇﻬﺮﻛﻢ ؟ (! ﺣﺘﻰ ﻗﺎﻡ ﺭﺟﻞ ﻓﻘﺎﻝ : ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻻ ﺃﻗﺘﻠﻪ ؟ ! ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ . ﺿﻌﻔﻪ ﺍﻻﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻲ ﺗﺨﺮﻳﺞ ( ﻣﺸﻜﺎﺓ ﺍﻟﻤﺼﺎﺑﻴﺢ ) ﺍﻟﻄﺒﻌﺔ ﺍﻟﺜﺎﻟﺜﺔ ، ﺑﻴﺮﻭﺕ – ﺳﻨﺔ 1405 ﻫ ﺍﻟﻤﻜﺘﺐ ﺍﻻﺳﻼﻣﻲ (2 / 981) ﻓﻘﺎﻝ : ﻭﺭﺟﺎﻟﻪ ﺛﻘﺎﺕ ﻟﻜﻨﻪ ﻣﻦ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﻣﺨﺮﻣﺔ ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ ﻭﻟﻢ ﻳﺴﻤﻊ ﻣﻨﻪ . ﺍﻫ ﺛﻢ ﺗﻨﺎﻗﺾ ﻓﺼﺤﺤﻪ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺏ (ﻏﺎﻳﺔ ﺍﻟﻤﺮﺍﻡ ﺗﺨﺮﻳﺞ ﺃﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﺤﻼﻝ ﻭﺍﻟﺤﺮﺍﻡ ) ﻃﺒﻌﺔ ﺍﻟﻤﻜﺘﺐ ﺍﻻﺳﻼﻣﻲ ، ﺍﻟﻄﺒﻌﺔ ﺍﻟﺜﺎﻟﺜﺔ 1405 ﻫ ﺻﻔﺤﺔ ( 164) ﺣﺪﻳﺚ ﺭﻗﻢ ( 261 )
Hadis Pertama ﺣﺪﻳﺚ ﻋﻦ ﻣﺤﻤﻮﺩ ﺑﻦ ﻟﺒﻴﺪ ﻗﺎﻝ : ﺃﺧﺒﺮ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺁﻟﻪ ﻋﻦ ﺭﺟﻞ ﻃﻠﻖ ﺍﻣﺮﺃﺗﻪ ﺛﻼﺙ ﺗﻄﻠﻴﻘﺎﺕ ﺟﻤﻴﻌﺎ ، ﻓﻘﺎﻡ ﻏﻀﺒﺎﻥ ، ﺛﻢ ﻗﺎﻝ : ( ﺃﻳﻠﻌﺐ ﺑﻜﺘﺎﺏ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰﻭﺟﻞ ﻭﺃﻧﺎ ﺑﻴﻦ ﺃﻇﻬﺮﻛﻢ ؟ (! ﺣﺘﻰ ﻗﺎﻡ ﺭﺟﻞ ﻓﻘﺎﻝ : ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻻ ﺃﻗﺘﻠﻪ ؟ ! ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ . ﺿﻌﻔﻪ ﺍﻻﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻲ ﺗﺨﺮﻳﺞ ( ﻣﺸﻜﺎﺓ ﺍﻟﻤﺼﺎﺑﻴﺢ ) ﺍﻟﻄﺒﻌﺔ ﺍﻟﺜﺎﻟﺜﺔ ، ﺑﻴﺮﻭﺕ – ﺳﻨﺔ 1405 ﻫ ﺍﻟﻤﻜﺘﺐ ﺍﻻﺳﻼﻣﻲ (2 / 981) ﻓﻘﺎﻝ : ﻭﺭﺟﺎﻟﻪ ﺛﻘﺎﺕ ﻟﻜﻨﻪ ﻣﻦ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﻣﺨﺮﻣﺔ ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ ﻭﻟﻢ ﻳﺴﻤﻊ ﻣﻨﻪ . ﺍﻫ ﺛﻢ ﺗﻨﺎﻗﺾ ﻓﺼﺤﺤﻪ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺏ (ﻏﺎﻳﺔ ﺍﻟﻤﺮﺍﻡ ﺗﺨﺮﻳﺞ ﺃﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﺤﻼﻝ ﻭﺍﻟﺤﺮﺍﻡ ) ﻃﺒﻌﺔ ﺍﻟﻤﻜﺘﺐ ﺍﻻﺳﻼﻣﻲ ، ﺍﻟﻄﺒﻌﺔ ﺍﻟﺜﺎﻟﺜﺔ 1405 ﻫ ﺻﻔﺤﺔ ( 164) ﺣﺪﻳﺚ ﺭﻗﻢ ( 261 )
“Albani menilainya dlaif dalam Misykat
al-Mashabih (Juz II hal. 981. Cetakan III, Beirut, 1405 H, al-Maktab al-
Islami). Kemudian ia menilainya sahih dalam Kitab Ghayat al-Maram Takhrij
Ahadits al-Halal wa al-Haram (Hal. 164 No hadis: 261, Cetakan III, Maktab
al-Islami, 1405 H)”
Hadis Kedua ﺣﺪﻳﺚ : ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﻓﻘﻠﺺ ﻋﻨﻪ ﺍﻟﻈﻞ ﻭﺻﺎﺭ ﺑﻌﻀﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻈﻞ ﻭﺑﻌﻀﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﻓﻠﻴﻘﻢ ) ﺃﻗﻮﻝ : ﺻﺤﺤﻪ ﺍﻻﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻘﺎﻝ ﻓﻲ ﺻﺤﻴﺢ ﺍﻟﺠﺎﻣﻊ ﺍﻟﺼﻐﻴﺮ ﻭﺯﻳﺎﺩﺗﻪ (1 / 266 / 761 ) ﺻﺤﻴﺢ ﺍﻻﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﺼﺤﻴﺤﺔ : 835 . ﺍﻫ ﺛﻢ ﺗﻨﺎﻗﺾ ﻓﻀﻌﻔﻪ ﻓﻲ : ﺗﺨﺮﻳﺞ ( ﻣﺸﻜﺎﺓ ﺍﻟﻤﺼﺎﺑﻴﺢ ) (3 / 1337 / ﺑﺮﻗﻢ 4725 ﺍﻟﻄﺒﻌﺔ ﺍﻟﺜﺎﻟﺜﺔ) ﻭﻗﺪ ﻋﺰﺍﻩ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﻮﺿﻌﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﺳﻨﻦ ﺃﺑﻲ ﺩﺍﻭﺩ .
“Albani menilainya sahih dalam Kitab Sahih
al-Jami’ ash-Shaghir wa Ziyadatuhu (I/266) dan Sahih al-Hadits ash-Shahihah No
835. Kemudian Albani menilainya dlaif dalam Kitab Misykat al-Mashabih (Juz III,
hal. 1337 No hadis: 4725 Cetakan III)”
Hadis Ketiga ﺣﺪﻳﺚ : ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ ﺣﻖ ﻭﺍﺟﺐ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ … ﺿﻌﻔﻪ ﺍﻻﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻲ : ﺗﺨﺮﻳﺞ ( ﻣﺸﻜﺎﺓ ﺍﻟﻤﺼﺎﺑﻴﺢ ) ( 1 / 434) : ﻓﻘﺎﻝ : ﺭﺟﺎﻟﻪ ﺛﻘﺎﺕ ﻭﻫﻮ ﻣﻨﻘﻄﻊ ﻛﻤﺎ ﺃﺷﺎﺭ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﺍﻫ ﺑﻤﻌﻨﺎﻩ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺘﻨﺎﻗﻀﺎﺕ ﺃﻧﻪ : ﺃﻭﺭﺩ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻓﻲ ﺇﺭﻭﺍﺀ ﺍﻟﻐﻠﻴﻞ (3 / 54 / ﺑﺮﻗﻢ 592) ﻭﻗﺎﻝ : ﺻﺤﻴﺢ . ﺍﻫ ﻓﺘﺪﺑﺮﻭﺍ ﻳﺎ ﺃﻭﻟﻲ ﺍﻻﻟﺒﺎﺏ .
Hadis Ketiga ﺣﺪﻳﺚ : ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ ﺣﻖ ﻭﺍﺟﺐ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ … ﺿﻌﻔﻪ ﺍﻻﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻲ : ﺗﺨﺮﻳﺞ ( ﻣﺸﻜﺎﺓ ﺍﻟﻤﺼﺎﺑﻴﺢ ) ( 1 / 434) : ﻓﻘﺎﻝ : ﺭﺟﺎﻟﻪ ﺛﻘﺎﺕ ﻭﻫﻮ ﻣﻨﻘﻄﻊ ﻛﻤﺎ ﺃﺷﺎﺭ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﺍﻫ ﺑﻤﻌﻨﺎﻩ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺘﻨﺎﻗﻀﺎﺕ ﺃﻧﻪ : ﺃﻭﺭﺩ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻓﻲ ﺇﺭﻭﺍﺀ ﺍﻟﻐﻠﻴﻞ (3 / 54 / ﺑﺮﻗﻢ 592) ﻭﻗﺎﻝ : ﺻﺤﻴﺢ . ﺍﻫ ﻓﺘﺪﺑﺮﻭﺍ ﻳﺎ ﺃﻭﻟﻲ ﺍﻻﻟﺒﺎﺏ .
Albani menilai dlaif dalam Kitab Misykat al-Mashabih (I/434), ia berkata: Perawinya terpercaya tetapi hadis ini terputus sebagaimana isyarah Abu Dawud. Namun hadis ini dicantumkan oleh Albani dalam Kitab Irwa’ al-Ghalil (III/54 No hadis: 592). Albani berkata: “Hadis ini sahih”Hadis Keempat ﺣﺪﻳﺚ : ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻋﻤﺮﻭ ﻣﺮﻓﻮﻋﺎ : ( ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺳﻤﻊ ﺍﻟﻨﺪﺍﺀ ) ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ . ﺻﺤﺤﻪ ﺍﻻﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻲ : (ﺇﺭﻭﺍﺀ ﺍﻟﻐﻠﻴﻞ) (3 / 58) ﻓﻘﺎﻝ : ﺣﺴﻦ . ﺍﻫ ﻭﻧﺎﻗﺾ ﻧﻔﺴﻪ ﻓﻀﻌﻔﻪ ﻓﻲ : ﺗﺨﺮﻳﺞ ﻣﺸﻜﺎﺓ ﺍﻟﻤﺼﺎﺑﻴﺢ 1 / 343) ( ﺑﺮﻗﻢ 1375) ﺣﻴﺚ ﻗﺎﻝ : ﺳﻨﺪﻩ ﺿﻌﻴﻒ . ﺍﻫ
“Albani menilai sahih dalam Kitab Irwa’
al-Ghalil (III/58). Albani berkata: “Hadis ini hasan”. Tetap Albani menilainya
dlaif dalam Kitab Misykat al-Mashabih (I/343 No hadis 1375). Albani berkata:
“Sanadnya dlaif”
Hadis Kelima ﺣﺪﻳﺚ ﺃﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺁﻟﻪ ﻛﺎﻥ ﻳﻘﻮﻝ : ( ﻻ ﺗﺸﺪﺩﻭﺍ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ ﻓﻴﺸﺪﺩ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻓﺈﻥ ﻗﻮﻣﺎ ﺷﺪﺩﻭﺍ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻔﺴﻬﻢ ﻓﺸﺪﺩ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻬﻢ . . .) ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ . ﺿﻌﻔﻪ ﺍﻻﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻲ : ( ﺗﺨﺮﻳﺞ ﺍﻟﻤﺸﻜﺎﺓ) (1 / 64) ﻓﻘﺎﻝ : ﺑﺴﻨﺪ ﺿﻌﻴﻒ ﺍﻫ . ﺛﻢ ﺗﻨﺎﻗﺾ ﻓﺤﺴﻨﻪ ﻓﻲ ﺁﺧﺮ ﺗﺨﺮﻳﺠﻪ ﻓﻲ (ﻏﺎﻳﺔ ﺍﻟﻤﺮﺍﻡ) ﺹ ( 141) ﺑﻌﺪ ﺃﻥ ﺣﻜﻢ ﻋﻠﻴﻪ ﻫﻨﺎﻙ ﺃﻳﻀﺎ ﺑﺎﻟﻀﻌﻒ ﻓﻘﺎﻝ : ﻓﻠﻌﻞ ﺣﺪﻳﺜﻪ ﻫﺬﺍ ﺣﺴﻦ ﺑﺸﺎﻫﺪﻩ ﺍﻟﻤﺮﺳﻞ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻗﻼﺑﺔ . ﺍﻫ
Hadis Kelima ﺣﺪﻳﺚ ﺃﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺁﻟﻪ ﻛﺎﻥ ﻳﻘﻮﻝ : ( ﻻ ﺗﺸﺪﺩﻭﺍ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ ﻓﻴﺸﺪﺩ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻓﺈﻥ ﻗﻮﻣﺎ ﺷﺪﺩﻭﺍ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻔﺴﻬﻢ ﻓﺸﺪﺩ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻬﻢ . . .) ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ . ﺿﻌﻔﻪ ﺍﻻﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻲ : ( ﺗﺨﺮﻳﺞ ﺍﻟﻤﺸﻜﺎﺓ) (1 / 64) ﻓﻘﺎﻝ : ﺑﺴﻨﺪ ﺿﻌﻴﻒ ﺍﻫ . ﺛﻢ ﺗﻨﺎﻗﺾ ﻓﺤﺴﻨﻪ ﻓﻲ ﺁﺧﺮ ﺗﺨﺮﻳﺠﻪ ﻓﻲ (ﻏﺎﻳﺔ ﺍﻟﻤﺮﺍﻡ) ﺹ ( 141) ﺑﻌﺪ ﺃﻥ ﺣﻜﻢ ﻋﻠﻴﻪ ﻫﻨﺎﻙ ﺃﻳﻀﺎ ﺑﺎﻟﻀﻌﻒ ﻓﻘﺎﻝ : ﻓﻠﻌﻞ ﺣﺪﻳﺜﻪ ﻫﺬﺍ ﺣﺴﻦ ﺑﺸﺎﻫﺪﻩ ﺍﻟﻤﺮﺳﻞ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻗﻼﺑﺔ . ﺍﻫ
“Albani menilai dlaif dalam Kitab Misykat
al-Mashabih (I/64). Albani berkata: “Diriwayatkan dengan sanad yang dlaif. Tapi
Albani menilainya hasan dalam Kitab Ghayat al-Maram hal. 141, setelah
menghukuminya dlaif, Albani berkata: “Semoga hadis ini hasan dengan dalil
penguat secara Mursal dari Abu Qilabah”
Hadis Keenam ﺣﺪﻳﺚ ﺍﻟﺴﻴﺪﺓ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ ﻗﺎﻟﺖ : ( ﻣﻦ ﺣﺪﺛﻜﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺁﻟﻪ ﻛﺎﻥ ﻳﺒﻮﻝ ﻗﺎﺋﻤﺎ ﻓﻼ ﺗﺼﺪﻗﻮﻩ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻳﺒﻮﻝ ﺇﻻ ﻗﺎﻋﺪﺍ) ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺣﻤﺪ ﻭﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ . ﺿﻌﻔﻪ ﺍﻻﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻲ ﺗﺨﺮﻳﺞ ( ﻣﺸﻜﺎﺓ ﺍﻟﻤﺼﺎﺑﻴﺢ) (1 / 117 ) ﻓﻘﺎﻝ : ﺍﺳﻨﺎﺩﻩ ﺿﻌﻴﻒ ﺍﻫ ﺛﻢ ﻣﻦ ﺗﻨﺎﻗﻀﺎﺗﻪ ﺃﻧﻪ ﺻﺤﺤﻪ ﻓﻲ ﺳﻠﺴﻠﺔ ﺍﻻﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﺼﺤﻴﺤﺔ (1 / 345 ﺑﺮﻗﻢ 201) ﻓﺘﺄﻣﻞ ﺃﺧﻲ ﺍﻟﻘﺎﺭﺉ
Hadis Keenam ﺣﺪﻳﺚ ﺍﻟﺴﻴﺪﺓ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ ﻗﺎﻟﺖ : ( ﻣﻦ ﺣﺪﺛﻜﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺁﻟﻪ ﻛﺎﻥ ﻳﺒﻮﻝ ﻗﺎﺋﻤﺎ ﻓﻼ ﺗﺼﺪﻗﻮﻩ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻳﺒﻮﻝ ﺇﻻ ﻗﺎﻋﺪﺍ) ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺣﻤﺪ ﻭﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ . ﺿﻌﻔﻪ ﺍﻻﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻲ ﺗﺨﺮﻳﺞ ( ﻣﺸﻜﺎﺓ ﺍﻟﻤﺼﺎﺑﻴﺢ) (1 / 117 ) ﻓﻘﺎﻝ : ﺍﺳﻨﺎﺩﻩ ﺿﻌﻴﻒ ﺍﻫ ﺛﻢ ﻣﻦ ﺗﻨﺎﻗﻀﺎﺗﻪ ﺃﻧﻪ ﺻﺤﺤﻪ ﻓﻲ ﺳﻠﺴﻠﺔ ﺍﻻﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﺼﺤﻴﺤﺔ (1 / 345 ﺑﺮﻗﻢ 201) ﻓﺘﺄﻣﻞ ﺃﺧﻲ ﺍﻟﻘﺎﺭﺉ
“Albani menilai dlaif dalam Kitab Misykat
al-Mashabih (I/171). Albani berkata: “Sanadnya dlaif”. Tapi Albani menilainya
sahih dalam Silsilah al-Ahadits ash- Shahihah (I/345 No hadis 201)”
Hadis Ketujuh ﺣﺪﻳﺚ : ﺛﻼﺛﺔ ﻻ ﺗﻘﺮﺑﻬﻢ ﺍﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﺟﻴﻔﺔ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮ ﻭﺍﻟﻤﺘﻀﻤﺦ ﺑﺎﻟﺨﻠﻮﻕ ﻭﺍﻟﺠﻨﺐ ﺇﻻ ﺃﻥ ﻳﺘﻮﺿﺄ) ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ . ﺻﺤﺤﻪ ﺍﻻﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻲ (ﺻﺤﻴﺢ ﺍﻟﺠﺎﻣﻊ ﺍﻟﺼﻐﻴﺮ ﻭﺯﻳﺎﺩﺗﻪ) (3 / 71 ﺑﺮﻗﻢ 3056) ﻓﻘﺎﻝ : ﺣﺴﻦ ﺗﺨﺮﻳﺞ ﺍﻟﺘﺮﻏﻴﺐ (1 / 91) . ﺍﻫ ﻭﻣﻦ ﺗﻨﺎﻗﻀﺎﺗﻪ ﺃﻧﻪ ﺿﻌﻔﻪ ﻓﻲ ﺗﺨﺮﻳﺞ ( ﻣﺸﻜﺎﺓ ﺍﻟﻤﺼﺎﺑﻴﺢ) (1 / 144 ﺑﺮﻗﻢ 464) ﻓﻘﺎﻝ : ﻭﺭﺟﺎﻟﻪ ﺛﻘﺎﺕ ﻟﻜﻨﻪ ﻣﻨﻘﻄﻊ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﺍﻟﺒﺼﺮﻱ ﻭﻋﻤﺎﺭ ﻓﺈﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﺴﻤﻊ ﻣﻨﻪ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﻨﺬﺭﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﺮﻏﻴﺐ ( 1 / 91 ) .
Hadis Ketujuh ﺣﺪﻳﺚ : ﺛﻼﺛﺔ ﻻ ﺗﻘﺮﺑﻬﻢ ﺍﻟﻤﻼﺋﻜﺔ ﺟﻴﻔﺔ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮ ﻭﺍﻟﻤﺘﻀﻤﺦ ﺑﺎﻟﺨﻠﻮﻕ ﻭﺍﻟﺠﻨﺐ ﺇﻻ ﺃﻥ ﻳﺘﻮﺿﺄ) ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ . ﺻﺤﺤﻪ ﺍﻻﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻲ (ﺻﺤﻴﺢ ﺍﻟﺠﺎﻣﻊ ﺍﻟﺼﻐﻴﺮ ﻭﺯﻳﺎﺩﺗﻪ) (3 / 71 ﺑﺮﻗﻢ 3056) ﻓﻘﺎﻝ : ﺣﺴﻦ ﺗﺨﺮﻳﺞ ﺍﻟﺘﺮﻏﻴﺐ (1 / 91) . ﺍﻫ ﻭﻣﻦ ﺗﻨﺎﻗﻀﺎﺗﻪ ﺃﻧﻪ ﺿﻌﻔﻪ ﻓﻲ ﺗﺨﺮﻳﺞ ( ﻣﺸﻜﺎﺓ ﺍﻟﻤﺼﺎﺑﻴﺢ) (1 / 144 ﺑﺮﻗﻢ 464) ﻓﻘﺎﻝ : ﻭﺭﺟﺎﻟﻪ ﺛﻘﺎﺕ ﻟﻜﻨﻪ ﻣﻨﻘﻄﻊ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﺍﻟﺒﺼﺮﻱ ﻭﻋﻤﺎﺭ ﻓﺈﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﺴﻤﻊ ﻣﻨﻪ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﻨﺬﺭﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﺮﻏﻴﺐ ( 1 / 91 ) .
“Albani menilainya sahih dalam kitab Sahih
al-Jami’ No 3056, ia berkata: “hadis ini hasan”. Tetapi Albani menilainya dhaif
dalam Kitab Tajhrij Misykat al- Mashabih No 464. Albani berkata: “Perawinya
terpercaya, tetapi hadis ini terputus antara Hasan Bashri dan Ammar” Syaikh
Hasan bin Ali Assegaf dalam Kitabnya ‘Tanaqudhat al-Albani al-Qadhihat’ dalam
Juz Pertama memuat 249 kesalahan Albani, baik dari sahih ke dhaif maupun
sebaliknya.
Tulisan Syaikh Hasan bin Ali al- Saqqaf yang berjudul Tanaqudhat Albani al-Wadhihat merupakan kitab yang menarik dan mendalam dalam mengungkapkan kesalahan fatal Albani tersebut. Beliau mencatat seribu lima ratus (1500) kesalahan yang dilakukan Albani lengkap dengan data dan faktanya. Bahkan menurut penelitian ilmiah beliau, ada tujuh ribu (7000) kesalahan fatal dalam buku-buku yang ditulis Albani. Dengan demikian, apabila mayoritas ulama sudah menegaskan penolakan tersebut, berarti Nashiruddin Albani itu memang tidak layak untuk diikuti dan dijadikan panutan.
Tulisan Syaikh Hasan bin Ali al- Saqqaf yang berjudul Tanaqudhat Albani al-Wadhihat merupakan kitab yang menarik dan mendalam dalam mengungkapkan kesalahan fatal Albani tersebut. Beliau mencatat seribu lima ratus (1500) kesalahan yang dilakukan Albani lengkap dengan data dan faktanya. Bahkan menurut penelitian ilmiah beliau, ada tujuh ribu (7000) kesalahan fatal dalam buku-buku yang ditulis Albani. Dengan demikian, apabila mayoritas ulama sudah menegaskan penolakan tersebut, berarti Nashiruddin Albani itu memang tidak layak untuk diikuti dan dijadikan panutan.
Di antara Ulama Islam yang mengkritik Albani
adalah al-Imam al-Jalil Muhammad Yasin al-Fadani penulis kitab al-Durr
al-Mandhud Syarh Sunan Abi Dawud dan Fath al-’Allam Syarh Bulugh al-Maram;
al-Hafizh Abdullah al-Ghummari dari Maroko; al-Hafizh Abdul Aziz al-Ghummari
dari Maroko; al-Hafizh Abdullah al- Harari al-Abdari dari Lebanon pengarang
Syarh Alfiyah al-Suyuthi fi Mushthalah al-Hadits; al-Muhaddits Mahmud Sa’id
Mamduh dari Uni Emirat Arab pengarang kitab Raf’u al-Manarah li-Takhrij Ahadits
al-Tawassul wa al-Ziyarah; al-Muhaddits Habiburrahman al-A’zhami dari India;
Syaikh Muhammad bin Ismail al-Anshari seorang peniliti Komisi Tetap Fatwa
Wahhabi dari Saudi Arabia; Syaikh Muhammad bin Ahmad al-Khazraji menteri agama
dan wakaf Uni Emirat Arab; Syaikh Badruddin Hasan Dayyab dari Damaskus; Syaikh
Muhammad Arif al-Juwaijati; Syaikh Hasan bin Ali al-Saqqaf dari Yordania;
al-Imam al-Sayyid Muhammad bin Alwi al- Maliki dari Mekkah; Muhammad bin Shalih
al-’Utsaimin dari Najd (ulama Wahabi-red) yang menyatakan bahwa Albani tidak
memiliki pengetahuan agama sama sekali; dan lain-lain.